Entri Populer

Selasa, 11 Desember 2012

Asuhan Keperawatan "Tumor Abdomen"

A.     Konsep Dasar Tumor Abdomen
a.    Pengertian
1.    Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan di sekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma Budi 2001 ).
2.    Tumor adalah : benjolan di sebabkan oleh pertumbuhan sel
dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong.
(E. Oswari, 2000).
3.    Tumor Abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang di sebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara uotonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dengan sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena cava interior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bentuknya tetapi tidak menginvasinya.
 ( Elizabet. j. Corwin. 2000)

b.    Anatomi fisiologi  sistem pencernaan
1.  Mulut
Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan pipi.  Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum dan mandibularis, di belakang bersambung dengan faring.
a)     Gigi
Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk memotong makanan,  gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk menguyah makanan yang sudah dipotong-potong.
b)     Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah. Fungsi lidah itu sendiri yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap, dan menelan, serta merasakan makanan.
c)     Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ada dua yaitu kelenjar submaksilaris dan subblingualis.
2.  Faring
Merupakan organ berhubungan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tekak terdiri dari bagian superior ( bagian yang sama tinggi dengan hidung ) bagian media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ). Bagian superior di sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang memghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
3.  Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di baeah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar: melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanang longituginal. Esofgus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.
4.  Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pirolok, terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri funtus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
a)     Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b)     Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
c)     Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorius.
d)     Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
e)     Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor, terbentang dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju ke kanan sampai bagian atas kurvanturi mayor sampai ke limpa.
f)      Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut getah lambung. Getah lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut.
5.  Usus halus
Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada sekum panjangnya 6m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam], lapisan pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar] ).
a)     Duedenum
Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya  25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan deudenum terdapat selaput lendir, yang membukit di sebut papila vateri yang bermuara di saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b)     Jejenum dan ileum
Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
6.  Usus besar
Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat feces.
a)     Sekum
Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk seperti cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesintrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b)     Kolon asendens
Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan. Membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
c)     Apendiks ( usus halus)
Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi memungkinkan dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks beraksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan peforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
d)     Kolon trasversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura linealis.
e)     Kolon desendens
Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
f)      Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf  S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

7.  Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3 sfingter :
a)     Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b)     Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c)     Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak. (Syaifuddin. 2003)
Anatomi fisiologi yang berhubungan
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis di bawah.
Anatomi rongga abdomen
Rongga abdomen di batasi oleh :
1)     Atas         : Diafragma
2)     Bawah    : Pelvis
3)     Depan     : Dinding depan abdomen
4)     Leteral     : Dinding lateral abddomen
5)     Belakang            : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.
Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus halus, dan usus besar.
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Terletak di epigastrik, dan sebagian sebelah kiri hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak di dekat ujung pankreas.
Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding posterior abdomen dari ginjal.
Aorta abdominalis, vena cava interior, reseptakulum khili dan sebagian dari saluran torasika terletak di dalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di jumpai di dalam rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)
Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga toraks. Diafragma ini di turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal akan berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang kurang lebih sama dengan palpila mammae pada laki-laki.
            Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila di temukan sampai setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus diwaspadai adanya trauma abdomen juga.
            Organ yang terlindungi dalam pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus, dengan demikian organ yang tidak terlindungi adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Ke-2 ginjal karen aletaknya yang di daerah belakang (dorsal) relatif terlindungi.
            Hepar dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-2 organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium. Robekan juga dapat menimbulkan perdarahan intra-peritonial.
            Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga peritonium adalah asam lambung maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga peritonium adalah isi usus halus atau kolon. Gejala yang timbul akan lambat. ( Syaifuddin, 2003).
c.      Etiologi
            Penyebab terjadinya tumor abdomen karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam perubahan kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Banyak kondisi yang menimbulkan tumor abdomen. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal yaitu :
1.  Proses peradangan bacterial – kimiawi
2.  Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.
3.  Neoplasma/tumor : karsinoma, polypus atau kehamilan ektopik.
4.  Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi dan fibrosis.
5.  Kelainan kongenital.
Adapun penyebab tumor abdomen akut :
a.    Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis, infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve, kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.
b.    Kelainan pancreas : pancreatitis akut.
c.    Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistisis akut, infark renal.
d.    Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis akut, abses hati, ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier, hepatitis akut.
e.    Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium, salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
f.     Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia kilitis akut, trombosis mesenterika.
g.    Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.
h.    Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.
( Ibnu Zainal Ar-rosyad, 2010 )



d.     Insiden
             Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor. Tumor pada daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan insidennya 10 per 100.000 populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang merupakan 1% dari malignasi gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300, yang akan mengakibatkan kematian 250 orang.
( Smelszer, Suzanne C. 2001)
e.    Patofisiologi
             Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi ganetic dari DNA selular. Sel abormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secara abnormal, mengatakan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
             Sel-sel eoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena kemanpuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap atau oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi untuk anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
             Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel ormsl dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001)
            Ketika dicapai suatu tahap diman sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pebuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke arah lain alam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
             Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal: tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).
f.     Manifestasi Klinik
1)     Hiperplasia
2)     Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3)     Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau lunak.
4)     Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5)     Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi epembuluh limfe.
6)     Nyeri
7)     Anoreksia, mual, muntah.
8)     Penurunan berat badan.

g.    Test diagnostik
  Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi:
1)     Marer tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2)     Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.
3)     CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4)     Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar jaringan, dapat mencakup penggunaan bahan kontras.
5)     Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam tubuh.
6)     Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukkan suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh, memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7)     Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
h.    Penatalaksanaan medik
1)     Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif. Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, pendarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
2)      Radioterapi
Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi  radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3)      Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4)     Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi system imun (biologic response modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.
(Danielle Gale. 2000).











B.    Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tumor Abdomen
1.     Pengkajian
                        Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan proses keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien dapat memberikan rah tindakan keperwatan.
                                              Keberhasilan keperawatan semangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajan ini terdiri dari empat komponen antara lain :
Pengolompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
a.      Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b.      Sirkuasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengrahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c.      Integritas ego
Gejala : alopesia. Lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah



d.      Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feses, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri tau ras terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e.      Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya massa
Tanda : perubahan pada kelembapan/turgor kulit edema.
f.       Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
g.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai berat ( dihubungkan dengan proses penyakit).


h.      Pernafasan
Gejala : merokok (tembakau, hidup denagn serumah dengan yang merokok)
i.       Keamanan
          Gejala : pemajanan bahan kimia toksik Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan
   Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j.        Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misakya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
Nuligravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k.      Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.
                        Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

2.     Diagnosa Keperawatan
                               Penentuan diagnosa kepeawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat. 2002)
Berdasarkan dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan timor abdomen antara lain :
Pre operasi
a)     Ansietas b/d perubahan status kesehatan
b)     Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada abdomen
c)      Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat
d)     Kurang pengetahuan tentang pengobata b/d kurangnya informasi.
Post operasi
a)     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembedahan
b)     Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
c)      Resiko infeks b/d adanya luka opersai
d)     Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat
e)     Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah


3.     Perencanaan
                               Setelah merumuskan diagnosa keperwatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliet, 2002)
       Pre operasi
a)     Ansietas b/d perubahan status kesehatan
kemungkinan dibuktikan oleh : peningkatan ketegangan, gelisah mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
1)     Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
2)     Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi
3)     Mendemonstrasikan pengunaan mekanisme kping efektif dan partisipasi aktif dalam pengturan obat.
Intervensi
Rasional
1)   Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

2)   Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mensdiskusikan  perasaannya.
3)   Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
4)   Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklarifikasikan rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping.
1)    Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta kesalan konsep tentang diagnosis.
2)   Membantu klien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.
3)   Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4)   Dukungan dan konseling seserig diperlukan untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut.


b)     Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada tumor abdomen.
kemungkinan dibuktikan dengan oleh : keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku berhati-hati.
Hasil yang diharapkan :
1)     Melaporkan nyeri yang dirasakan menuran atau menghilang
2)     Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi
Rasional
1)     Kaji tingkat nyeri



2)     Observasi tanda-tanda vital

3)     Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
4)     Berikan posisi yang menyenangkan bagi klien

1)     Mengetahui tingkat nyeri yang dapat memudahkan untuk melakukan tindakan
selanjutnya.
2)     Untuk mengetahui keadaan umum klien.
3)     Untuk merelaksasikan otot sehingga mengurangi nyeri.
4)     Posisi yang menyenangkan dapat memberi rasa nyaman sehingga mengurangi rasa nyeri.

c)      Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat
tujuan : mempertahankan pola defekasi umum
Intervensi
Rasional
1)     Kaji tingkat usus dan pantau/catat gerakan usus termasuk frekuensi konsistensinya
2)     Dorong masukan cairan adekuat 2000 ml/jam dan peningkatan


3)     Menberikan makanan

sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat (bila tidak dikonraindikasikan) dan mempertahankan kebutuhn protein kabohidrat.
4)     Pastikan diet yang tepat hindari makanan tinggi lemak
5). Pantau pemeriksaan   laboraturium sesuai indikasi

1)    Mengidentifikasi masalah misalnya diare, konsipasi


2)    Dapat menurunkan potensial terhadap konstipasi dengan memperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic : dapat mencegah dehidrasi
3)    Menurunkan iritasi gaster.

4)    Penggunaan makanan rendah serat dapat menurunkan iritabilittas dan membeerikan istirahat pada usus bila ada diare.
5)    Stimulasi GI yang dapat meningkatkan motilitas/frekuensi defekasi
6)    Ketidakseimbangan elektrolit mungkin akibat dari/pemberat unuk mengubah fungsi GI

d)     Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Tujuan : dapat menggunakan informasi akurat tentang
diagnose dan aturan pengoatan
Intervensi
Rasional
1)    Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pemahaman diagnose khusus, alternatif pengobatan dan sifat harapan


2)    Tentukan persepsi klien tentang tumor dan pengobatan tumor

3)    Berikan informasi akurat dan jelas dalam cara yanng nyata tetap sensitive

4)    Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang di jual bebas.

5)    Anjurkan meningkatkan cairan dan serta dalam diet serta latihan teratur
1)    Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini mengidentifikasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengobatan dimanan klien membuat keputusan berdasarkan informasi.
2)    Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi dan kesenjangan pengetahuan tentang tumor
3)    Membantu penilain diagnosa tumor, memberika informasiyang diperluka selama waktu menyerapnya
4)    Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perawatan diri dan menghindari potensial, komplikasi, reaksi atau interaksi obat.
5)    Meningkatkan kesejahteraan. Memudahkan pemulihan dan memungkinkan klien mentoleransi pengobatan.





Post operasi
a)     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembadahan
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat dengan membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil dan haluara urine adekuat.
Intervensi
Rasional
1)  Pantau tanda-tanda vital dengan sering.



2)  Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status membrane mukosa
3)  Perhatian adanya edema.



4)  Pantau masukan dan haluaran.


5)  Pantau suhu tubuh.
1)    Tanda-tanda awal hemoraragik usus dan pembentukan hematoma yang dapt menyebabkan syok hepovelemik
2)    Berikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi

3)    Edema dapat terjadi karna perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin (protein).
4)   Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk penggatian cairan.
5)   Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah kehilngan cairan.

b)     Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol, ekspresi wajah rileks
Intervensi
Rasional
1)     Kaji tingkat nyeri


2)     Observasi TTV

3)     Ajarkan tehnik reklasasi nafas dalam
4)     Beri posisi yang menyenangkan bagi klien.
1)   mengetahui tingkat nyeri yang dapat memudahkan untuk melakukan tindakan selanjutnya
2)   untuk mengetahui keadaan umum klien
3)   untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi nyeri
4)   posisi yang menyenangkan dapat memberi rasa nyaman sehingga mengurangi rasa nyeri



c)      Resiko infeksi b/d adanya luka operasi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tdak basah dan tidak ada tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor)
Intervensi
Rasional
1)    Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign

2)    Gunakan tehnik septik dan antiseptik

3)    Ganti Verban



4)    Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi

5)    Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik
1)    Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
2)    Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi
3)    Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyebab infeksi.
4)    Memberikan pengertian kepada kien agar dapat mengetahui tentang perawatan luka.
5)    Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi.



d)     Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuh.
Kriteria : klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB normal.
Intervensi
Rasional
1)    Kaji intake dan output klien


2)    Timbang berat badan sesuai indikasi

3)    Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan dien dai klien.Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.

4)    Berikan cairan IV





5)    Berikan obat-obat sesuai indikasi
1)    Untuk mangetahui kebutuhan nutrisi dan merupakan dalam tindakan selanjutnya.
2)    Mengedentifikasi status cairan serta 
memastikan metabolime.
3)    Meningkatkan kerja sama klien dengan aturan diet. Protei/vitamimn C adalah contribular utama untuk memelihara jaringan dan perbaikan.
4)    Memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit, kehilangan plasma : penurunan albumin serum ( edema) dan dapat memperpanang penyembuhan luka.
5)    Mencegah muntah dan menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa.

e)     Kerusakan intregritas kulit/jaringan b/d dengan insisi bedah.
Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu tanda komplikasi.
Intervensi
Rasional
1)  Pantau tanda-tanda vital, perhatikan demam, periksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan


2)  Berikan pengikat atau penyokong untuk klien gemuk bila di indikasikan
3)  Gunakan plester kertas untuk balutan sesuai indikasi

4)  Tinjau ulang nilai laboraturium terhadap anemia dan penurunan albumin serum.
1)  Pembentukan hematoma/terjadinya infeksi, yang menunjang lambatnya pemulihan luka dan  meningkatkan resik pemisahan luka.
2) Jaringan lemak sulit menyatuh, dan garis jahitan lebih udah terganggu.
3) Penggantian baluta sering dapat mengakibatkan kerusakan kulit karena perlekatan yang kuat.
4) Anemia dan pembentukan edema dapat memenuhi pemulihan.
(Marlyn.E. Doenges 2000)
4.     Implementasi
Implementasi disesuaikan degan intervensi yang tercantum pada rencana keperawatan yang menetapkan waktu dan respnn klien.
5.     Evaluasi
                        Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan semua tahap proses keperawatan harus dievaluasi.
Hasil asuhan keperawatan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada klien. Adapun sasaran evaluasi dengan tumor abdomen.
 Hasil pre opersi :
a)     klien dapat menunjukkan perubahan perilaku yang diharapkan dalam pernyataan tujuan.
b)     Rasa nyeri yang dirasakan klien hilang.
  Hasil post operasi :
a)     Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
b)     Tidak terdapat rasa nyeri
c)      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
d)     Nutrisi terpenuhi
e)     Tidak terdapat gangguan integritas kulit.